sang suami berkata,
istriku,
jika engkau bumi, akulah matahari
aku menyinari kamu
kamu mengharapkan aku
ingatlah bahtera yang kita kayuh, begitu penuh
riak gelombang
aku tetap menyinari bumi, hingga kadang bumi pun silau
lantas aku ingat satu hal
bahwa Tuhan mencipta bukan hanya bumi
ada planet lain yang juga mengharap disinari
jadi,
relakanlah aku menyinari planet lain
menebar sinarku
menyampaikan manfaat adanya aku
karena sudah kodrati
dan Tuhan pun tak marah.
sang istri membalas,
suamiku,
bila kau memang mentari, sang surya penebar cahaya
aku rela kau berikan sinar kepada
segala planet yang pernah Tuhan ciptakan
karena mereka juga seperti aku
butuh penyinaran dan aku pun tak akan
merasa kurang dengan pencahayaanmu
akan tetapi,
bila kau hanya sejengkal lilin, jangan bermimpi
menyinari planet lain
karena kamar kita yang kecil pun
belum sanggup kau terangi
bercerminlah pada kaca di sudut kamar kita,
di tengah remang-remang
pencahayaanmu yang telah aku mengerti
untuk tetap menguak mata
coba liat siapa dirimu...
(disadur dengan beberapa perubahan)