Monday, October 11, 2010

Becanda candu (diajak main perasaan, bikin ketagihan, kalau diteruskan, nanti jadi bahan tertawaan)


Kelakar Kamar Jilid II


sepertinya tak cukup kelakar kamar saja
terbukti si produser (selanjutnya dibaca: hati)
sudah ngomel-ngomel bawel
minta dibikinin sekuel
tapi ini bukan karena yang kemarin laris manis
tapi lebih karena seluruh bagian otak produser
secara sporadis mendadak idealis
lalu aku lagi lah yang jadi pemeran utama
berperan dengan kata per kata

waktu itu aku lagi di dalam semut besi
salah satu moda favoritku
di ujung deret-deret kursi berbaris penuh
aku malah melamun jauh
menimbang-ayun keputusan-keputusan
yang gamang
seperti tidak memakai helm saat berkendara
kepalaku diserang tentara dilema
yang dengan gagah saling sanggah
padahal benteng dan kudaku sudah hampir kalah
ratuku terjepit
di antara dua pilihan yang bikin bimbang
langkah satu risiko gagal
langkah lain bikin makin mengganjal
tidurku tak jadi pulas

lain lagi ketika aku di ulat besi
yang setiap harinya melata
sambil didesak-desakan
berbagai klasifikasi orang
tapi saat itu malah sepi
masih bisa berdiri dengan rapi
di daun pintu
dengan dramatisasi kencangnya angin
aku mencoba menyangkal kesal
apa-apa yang aku endap
melirik rel-rel panjang itu
tersenyum datar tanpa ekspresi
agaknya mengejek keberanianku yang mulai basi
bahkan sekedar meminta restu
menjadi kurator si bunga taman yang cantiknya antik

harusnya atau jangan
kuralat kelakar kamarku
gusarku makin kesasar dan besar

maka dari itu para penonton sekalian
kini aku butuh bantuan, wejangan
atau malah celaan
detik-detikku kini benar-benar disesaki
..angin..cahaya..warna..
bekelebat tanpa henti

Thursday, October 7, 2010

Kelakar kamar (mana ada dinding tumbuh bunga)



tadinya aku kira dinding-dinding
di kamarku tumbuh bunga
kelopak-kelopaknya berjatuhan
ketika aku bangun
sampai menutup muka
dan wanginya berkompetisi
dengan udara ventilasi

aku betah
terdesak untuk pasrah
sampai aku berselimut
meyakini halusinasi ini
sudah keterlaluan

aku yang tidak pernah
menanam
jadi pongah
menuai
aku masygul
bagaimana bisa aku
terjebak mainan modern
yang konservatif
cuma angan-angan
yang teramat fiktif

kalau ini mimpi
maka tombol off
akan jadi buronan
supaya tak jadi episod-episod
melelahkan

ini bakal seperti ring tinju
lebih baik tertidur tanpa mimpi adalah aku
dan terjaga tapi tetap berkhayal adalah lawanku

maka aku harus memangkasnya
sebelum semak
bikin pengap
sebelum jadi belukar
dalam kamar

aku mengaku
butuh suasana baru
lihat saja
debu dan sapu
sudah sampai hati berkelahi
di lahan segi empatku
tapi dinding-dinding kaku
tak layak menumbuhkan
bunga seindah itu
alih-alih muskil, malah mustahil

bunga akan di taman
dan tetap jadi taman
karena merusak pertamanan
seperti melanggar undang-undang.

Monday, October 4, 2010

Merekayasa paradoks dari refleksi



kali ini aku berpura-pura dengan kacamata.
aku, sekali lagi bersembunyi, memisterikan diri.
aku tetap menyusun simbol-simbol
yang aku ingin kamu paham.
percuma, lampu-lampu nyala masih saja menutupi.

hitam putih bukan tingkatan seni.
aku memilih untuk abu-abu.